Ketika di awal-awal kontes DAcademy di Indosiar beberapa waktu lalu, IKIF salah seorang peserta asal Jawa Timur menuai berbagai kritikan pedas dari masyarakat karena dinilai goyangan cedut-cedut terlalu erotis dan vulgar dan tidak pantas ditampilkan di televisi apalagi dalam ajang kontes nyanyi. Kritikan pedas tidak hanya terjadi di dunia maya terutama di sosial media seperti Facebook, Twitter saja, tapi juga di dunia nyata.
Sebelum mengikuti ajang ini, Ikif memang terkenal dengan goyangan erotisnya saat beraksi dari panggung ke panggung, dari kota satu ke kota lainnya. Hal ini bisa dilihat di Youtube. Ada atau bahkan banyak sekali goyangan erotis Ikif yang seharusnya tidak perlu dilakukan, apapun itu tujuannya. Nah, goyangan yang seperti itulah yang sedari dulu menuai kritik pedas dari masyarakat yang menyaksikannya, baik secara langsung di panggung atau melalui media-media video online. Hal yang sama dulu pernah terjadi pada sosok Inul Daratista yang notabene lebih kesohor karena goyang ngebornya. Ya Inul mendapat 'perlawanan' dari beberapa pihak yang sangat anti terhadap goyangan vulgar, terutama sang Raja Dangdut Rhoma Irama.
Video saat IKIF masih goyang seronok dan erotis pentas Dangdut dari panggung ke panggung satu kota ke kota lain :
Video Ikif saat sekarang di D'Academy konser final grup A
Sama seperti Inul, sebagian besar pendukung Ikif pun membela dengan argumen-argumen yang sebenarnya masuk akal, jika kita mau sadar dan menerimanya. Salah satu pembela itu adalah Inul sendiri yang menceritakan begitu pahitnya kritik atau bahkan hujatan yang ia terima di masa lalu. Namun bukan artis yang profesional dan mau maju jika kritikan atau hujatannya itu dianggap angin lalu saja. Perlahan-lahan, dengan kesadarannya sendiri dan berangkat dari kritikan tersebut, Inul mulai menghapus 'imej' goyang ngebornya yang dinilai negatif oleh masyarkat yang anti dengannya (haters) dan membuka lembaran baru seperti Inul yang sekarang ini. Dan niat berubahnya itupun sukses diterima masyarakat, termasuk hatersnya. Imej goyang ngebor yang dulu sempat melekat pada diri Inul mulai menghilang.
Hal yang sama pun terjadi pada Ikif. Berbagai kritikan atau bahkan juga hujatannya seperti Inul ternyata mampu menggugah hati peserta ini untuk perlahan-lahan merubah segala hal yang dinilai negatif oleh masyarakat. Goyang cedut-cedut ataupun goyang nungging seperti pada foto di atas yang dinilai erotis oleh masyarakat yang anti dengannya dan waktu awal-awal kontes DAcademy melekat pada Ikif sedikit demi sedikit mulai dihilangkan. Salam 'lebay' dengan membungkuk dan menonjolkan 'bokong'nya pun mulai disingkirkan secara perlahan
Terlepas dari penilaian kualitas suara yang pas-pasan, faktanya Ikif mampu bertahan hingga saat ini di DAcademy. Adanya perubahan gaya, sikap atau apapun itu menjadi hal yang menarik tentunya bagi masyarakat. Ibarat katanya seperti apa yang ada dalam lagu Rhoma Irama, bahwa orang yang baik itu bukan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang menyadari kesalahannya dan memperbaikinya. Atau ada juga peribahasa "Lebih baik jadi mantan penjahat, dari pada mantan ustad". Hal inilah yang dilakukan oleh Ikif DAcademy terlepas dari kualitas suaranya yang juga dinilai pas-pasan (meski para dewan juri menilai IKIF memiliki karakter sendiri) sehingga masyarakat yang mungkin tadinya geram, marah, jengkel, dan bahkan menghujat beralih menjadi membela dan mendukungnya sekalipun tidak mengirimkan SMS. Artinya, sekarang masyarakat sudah mulai menerima perubahan secara perlahan yang dilakukan IKIF sekalipun mereka itu pendukung salah satu kontestan lain (LESTI D'Academy, SUBRO DAcademy, Dona D'Academy, Frans D'Academy dan Aty D'Academy).
Oleh karena itu, goyangan Ikif DAcademy yang dinilai erotis dan seronok (Cedut-cedut - red) sudah tidak lagi ditampilkan sebagai awal dari proses perubahan. Bagi masyarakat umum atau mungkin pendukungnya, menjadi juara itu tidak harus menjadi nomor 1. Yang paling penting adalah perubahan ke arah lebih baik itu juga bisa dikatakan 'juara' bagi (jiwa) dirinya sendiri. Sementara orang yang tidak bisa menerima perubahan itu dengan selalu 'menghadirkan' kisah dan masa lalunya sebenarnya orang yang berhati batu, karena fanatisme. Bukan menjadi pendukung tidak berarti harus mencaci dan menghujat dengan alasan 'masa lalu', apalagi sekarang sudah ada perubahan. Fanatisme berlebihan, baik dalam menyukai atau membenci sebenarnya merugikan 'jiwa' diri sendiri.
Saya bukan pendukung Ikif, di awal-awal kontes DAcademy saya sangat-sangat tidak suka dengan goyang erotisnya, salam lebay-nya, dan suara mendesah-desah manja yang sangat tidak layak dipertontonkan kepada siapapun juga apalagi anak kecil. Namun seiring dengan perubahannya (entah itu pencitraan atau bukan, wallaahu a'lam), saya mulai menerimanya dan saya tak lagi anti-pati dengannya, membenci dan atau bahkan menghujatnya. Saya menerima, bukan berarti menjadi pendukungnya (apalagi fanatik) terutama untuk sms, karena hingga konser dAcademy terakhir pun saya belum pernah mengirimkan sms dukungan untuknya. Saya hanya sangat senang dengan penampilan Ikif yang benar-benar berbeda dari sebelumnya, lebih sopan dan elegan.
Mari kita sama-sama sportif untuk tidak lagi menilai seorang kontestan lain dengan kata-kata kotor, karena kata-kata kotor (cacian dan makian masa lalu) itu sebenarnya lebih buruk dari apa yang pernah ditampilkan IKIF di masa lalunya (dengan goyangan cedut-cedut erotis, salam lebay, dan mendesah-desahkan ucapannya), apalagi jika perkataannya itu menjurus pada fitnah dan pencemaran nama baik. Selain bisa berdampak buruk untuk kita sendiri (ranah hukum) di dunia, juga berdampak buruk bagi kita di akhirat di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.